28.2.11

#soQuote

" ada yang salah dalam penyusunan kalimat yg diucapkan pastor saat melayani pemberkatan pernikahan,
'mereka yang dahulu dua, kini telah menjadi satu'

dua tidak akan menjadi satu.
karna satu ditambah satu adalah dua,
bukan satu.

untuk menjadi satu,
kita harus menjadi 'setengah' terlebih dahulu.
maka setengah ditambah setengah barulah sama dengan satu.

pangkas setengah dari egois mu,
maka kamu akan menjadi satu dengan pasanganmu.

"Bazoka Marpaung - Jakarta, 2008

deep sorrow my darling,

deep sorrow, my darling.

they come,
one, two, three, and more
and more

they wear black,
all of them wear black
na.
some people wear grey, and brown, and blue
a darkest one of blue

they look at me,
they smile,
shake my hand hardly
and look at me again
and look at me again
and it was a bad eyes
worst eyes i ever see
and all of them had a same bad eyes.

they made a very slow talking
i can't hear them clearly,
i won't my darling
no need for me

i already know what they talking bout
they talking about us
about how you look so pretty tonight

i keep on silent
i don't like this situation
so much people in our home

i remember,
on a afternoon like this,
here would be just you and i in the home
talk about everything

now we not
not just you and i,
but peoples
that shake my hands hardly
i don't know them
yes i know some, but not at all
i don't exactly know their name

but it's okay
i need them
to stay here in the home with me,
and a sleeper you.
yes you are a sleeper my darling.
you sleeper.

i miss you my darling.
don't mind it

just sleep,
deeper,
and deeper my darling.

i'll miss you my darling,

happy sleep.
but please don't ask me for goodnight kiss.
it's not night already.

but it's okay
i can give you a goodnight kiss now,
might be the last from me.

happy sleep my darling.
get deeper.

24.2.11

My Ideal

A Motion Writer

It might sound weird, but that's my ideal. I have always been gifted with a natural appeal for words and literature, whereas I found that there is a form of art that interests me the most; paintings, or motion graphic. Combining the two point of interests are the bottom lines of my desire, thus, I want to be a motion writer, or in a more common term; I want to be a scriptwriter.

I realize that becoming a scriptwriter might not as easy as it looks like. Unlike writing poems or proses, where the writer would have the most liberated exploration to express their visions in words, scriptwriting takes that thrill and elevates it in a different level of challenge. In scriptwriting, tthe writer's vision in words then needs to be conveyed in a stream of motion and pictures which, in the end, would form a unity called film, or motion graphic. Hence the name 'motion writer' I gave it upon.

In my humble opinion, in writing scripts or scenarios, one needs to have a considerably high level of awareness. Not every visual image is able to be transformed well into words, vice versa. However, a scriptwriter should have the ability to manage both challenges adeptly.

Furthermore, in film-making, it always intrigues me to playfully use the analogy of God and his prophet when it comes to describe the task of the scriptwriter and the director. I see the scriptwriter as the God of the film, while director is its prophet. It is true that the director holds full control in the direction of the visual concept of the film, but he or she also needs to ascertain the whole flow from the guideline, in this case is the script or scenario, made by the scriptwriter. You can be aware of this fact when you hear the director tells his or her crews and actors “Please make sure it sticks to the script.” or “Have you read the script, really?” and so forth. This is where we can see that scriptwriting holds the main guideline in film-making.

All those things above sound like a challenge and thrill for me. Of course, I know that it might not as easy as it really sounds, and I am fully aware that even the most simple dream needs the most sincere effort. Being a scriptwriter is not merely a simple dream for me, it has became my biggest passion and it is exactly why I am focusing my most sincere efforts in achieving my dream now.

Priceless

It was a fine afternoon when I found myself in a fast food restaurant, sitting face to face with one of my best friends since I was in elementary school. We did not order much, but there was this particular moment I recalled when I heard a song played vaguely in that restaurant. It was 'Posesif', a song that I know dearly.

My friend smiled when she heard that song. “Ciyeee... Posesif!”, she knows that the song mean something to me. I withdrawed myself a bit from enjoying the song before I asked her, quite rethorically, “Do you know where I begun to really like Naif?”
“Of course.” She said. “It all started when you were in your fourth grade of elementary school!”

Yeah, I remember those times...

*****

I was nine years old when I bought my first cassette of Naif. It came directly from every penny I saved in my piggy bank. I then started to write letters to the band, though it's rarely replied.

There was also a time when I jumped abruptly off the bus just because I saw a poster of Naif displayed on the street wall. I took the poster off and redisplay it on my bedroom wall. Never once I allowed myself to sleep without looking at the poster first, picturing five smiling guys wearing thick-rimmed glasses in it.

I grew to love Naif more and more each day, but there was nothing much I could do. Other than looking at them from my TV screen while saying “Be patient, guys. It is not like Ruth is in such a rush to meet all of you...”

Six years after, I had a chance to interview David, the vocalist of Naif, for Provoke! Magazine where I was participating as one of the writers of their student edition. In five months, I was chosen to be the head of NFC (Naif Fun Club) Jakarta. It all felt like a dream came true. I was a 'part' of something that used to be in that box with an 'impossible' tag on it.

***

The 'Posesif' song was fading out, slowly I resurrected from my thoughts when my cellphone suddenly vibrated. There was one new message from my boss, I opened it and it was read “I have transferred your salary for this month, Ruth! :) “
I pulled out my biggest grin and then told my friend, “Hey, order more! My treat!”

I am not 'just' a fan, this time. Not even a head of the fan club. Now, I'm a part of PT Naif Cipta Kreatif. This is truly a priceless experience for me, about dreams, hopes, and efforts.

Wanita Yang Dilihat Surga

ter inspirasi dari kotbah Pastor Bima di gereja City Gate tanggal 28 N0vember 2010
dengan sedikit perubahan.

--------------

Seorang teman pernah bertanya, “Coba perhatiin deh, kenapa ya orang-orang hebat di Alkitab, dominan laki-laki?” “Ya karena jaman Alkitab dulu belum ada emansipasi wanita!’ jawab saya sekenanya.

Tak lama kemudian, saya share tentang hal itu kepada seorang teman saya yang lain, yang kebetulan adalah hamba Tuhan. Menurutnya, jawaban saya tidak sepenuhnya salah. Ia membenarkan, bahwa pada masa Alkitab ditulis, dunia sedang berada pada proses dimana diskriminasi kepada wanita masih terjadi. Salah satu contoh yang paling nyata adalah ketika bahkan seorang nabi besar seperti Paulus berkata pada pengikutnya, bahwa para wanita baiklah tinggal dan diam dirumah saja, biarkan laki-laki saja yang mendengarkan ajaran, dan minta lah saja kepada suami-sumai kalian untuk menceritakan kembali dirumah apa yang diajarkan para rasul.

Akan tetapi, bila kita perhatikan lebih dalam, bukan nya sama sekali tidak ada peran wanita di dalam Alkitab. Sebut saja Deborah, yang ditulis di kitab Hakim-hakim, Ester, yang dipilih di dalam Raja-raja, lalu siapa yang tidak mengenal Maria dan Martha? Atau janda miskin yang memberi semua hartanya sebagai persembahan? Dan lain-lain.

Dan dalam editorial kali ini, mari membahas seorang wanita lain, yang dengan dua sifat sederhana namun hebat-nya, mampu membuat surga memandangnya, dan menuliska nama nya di dalam buku kehidupan (Alkitab), yakni RIBKA.

Saya percaya siapa pun orang nya, siapapun nama yang akhirnya di tulis di dalam Alkitab, pasti bukan lah manusia biasa. RIBKA, jelas bukan wanita biasa. Untuk menyegarkan ingatan kita tentang Ribka, silakan buka kembali kitab perjanjian lama, Kejadian 24.

Disana dituliskan bahwa Abraham, sedang mencari menantu baginya, istri bagi anaknya, Ishak. Ia mengutus hamba kepercayaan nya untuk kembali ke tanah kelahiran Abraham untuk mengambil baginya seorang gadis untuk menjadi istri ishak. Abraham sebagai bapa bangsa besar, orang yang diberkati dan dikasihi Tuhan, tentu punya standar tertentu untuk mengambil baginya menantu atau istri bagi anaknya. Syarat yang di inginkan Abraham jelas bukan syarat yang sembarangan. Ia menginginkan seorang wanita yang MAU MENINGGALKAN SEMUA YANG IA MILIKI DI DUNIA, UNTUK MENGIKUT TUHAN.

Maka pergilah hamba tersebut ke tanah kelahiran Abraham, ia latas menunggu di dekat sebuah sumur, dimana gadis-gadis akan datang pada sore hari untuk mengambil air. Dan ia pun berdoa, demikian katanya:

“Bapa, tunjukanlah bagiku seorang gadis, yang apabila aku berkata ‘miringkanlah buyungmu agar aku dapat minum’ akan menjawab, ‘minumlah tuan, dan akupun akan memberi minum bagi unta-untamu’…”

Belum selesai doa hamba itu, maka datanglah Ribka, dan berkata lah si hamba itu kepada Ribka seperti yang ada di doa nya. Lantas jawab Ribka,

"Minumlah tuan, dan akupun akan memberi minum kepada unta-unta mu sampai puas".

Si hamba bersuka cita, lantas katanya,

“Siapa kah engkau? Anak siapakah kau? Adakah pada bapamu rumah dimana aku bisa menginap?”

Ribka pun menjawab,

“Baik jerami, baik makanan, ada pada kami, tempat menginap pun ada”.

Maka pergilah Ribka dan hamba Abraham itu menemui keluarga Ribka.

---------

Ribka LULUS tes pertama. Yaitu tentang mengasihi dan selalu memberi LEBIH dari yang diharapkan manusia ataupun Tuhan.

Akan tetapi tes ini belum sepenyuhnya diselesaikan oleh ribka.

Semalam adanya si hamba menginap dirumah bapa nya ribka dan tiba lah saatnya sang hamba pulang kepada Abraham untuk membawa kabar sukacita tentang calon menantu Abraham yang telah ia temukan.

Namun keluarga Ribka menghalang-halangi hamba itu, katanya,

“Baiklah anak gadis ini tinggal bersama kami barang sepuluh hari lagi dan kau dapat membawanya kepada tuan-mu”

Lantas jawab hamba itu,

“Jangan haling-halangi aku. Lepaslah aku pulang dan lepaslah aku membawa anak gadis ini kepada tuanku”

Lalu jawab ibu Ribka,

“Baiklah kita tanya langsung kepada anak gadis ini, mau kah ia pergi sekarang juga bersama mu”

Maka jawab Ribka,

“MAU”.

---------

Selesai sudah. Ribka LULUS dalam tes menjadi istri Ishak, menjadi menantu Abraham, dan diatas itu semua, menjadi wanita pilihan surga untuk ditulis namanya di buku kehidupan, yakni Alkitab.

Hanya dengan 2 syarat sederhana, yang pertama:

MAU MENINGGALKAN SEMUA YANG IA PUNYA DIDUNIA UNTUK MENGIKUT TUHAN,

dan yang kedua,

MAU SELALU MEMBERI LEBIH DARI YANG DIHARAPKAN MANUSIA ATAUPUN TUHAN.

---------

Ingatkah kita akan orang-orang banyak yang mau mengikut Yesus semasa Ia mengajar? Banyak diantara mereka yang berkata,

“Tuhan, tunggu sebentar, biarlah aku pamit terlebih dahulu kepada keluarga bapaku, dan aku akan mengikut Engkau”

Namun Yesus dengan tegas berkata,

“TIDAK! Apabila engkau mau mengikut Aku, kau harus meninggalkan semua yang kau punya didunia!”

Sebab ada tertulis, apa yang terikat di dunia akan terikat pula di surga, dan apa yang dilepas di dunia akan dilepas padanya di surga.

Ini bukan lah hal yang mudah bagi kita unuk melepas apa yang kita punya, apa yang kita HIDUPI, dengan kata lain melepas apa yang menjadi HAK kita.

Sebagai satu contoh, manusia yang hidup didalam kemarahan, tentu tidak akan mau melepas HAK nya untuk balas dendam.

Tapi Tuhan menurunkan kasih setianya kepada kita yang mau meninggalkan segala perlengkapan duniawi dengan imbalan DITULIS NAMANYA DI BUKU KEHIDUPAN.


Tidak kah itu adil bahkan sungguh luarbiasa bagi kita?

Dear Dad




i know you worry about me dad,
karna sekarang, aku jarang dirumah,
karna sekarang, aku sering nangis di tempat tidur,
karna sekarang, aku ngga pernah mau di pangku,
karna sekarang, aku pulang malem terus,
karna sekarang, aku jarang makan dirumah,
karna sekarang, aku sering pake rok pendek,

im absolutly know you very very worry about me dad,
walau daddy mengungkapkannya hanya dengan berkata
"jangan pulang malem terus.."

i know you've through your most worry time, about me.
im sorry daddy, but im fine.

aku ngga bisa ada dirumah setiap saat, dad, karna aku dicintai banyak orang,
i know it would be hard for you, to sharing me with my own life people.

aku akan mulai sering nangis di tempat tidur dad, karna aku mencintai seseorang,
dan aku menerima resiko apapun untuk itu, termasuk disakiti.

aku ngga perlu dipangku lagi dad, aku punya tempat duduk ku sendiri,
tapi suatu saat aku tetap akan minta digendong kok dad,
im still your little girl.

aku akan lebih sering pulang malam dad, karna aku punya cita-cita,
dan di buku panduan cita-cita ku, tak tertulis kalau kita hanya bisa mengejarnya di siang hari.

aku akan jarang makan dirumah dad, karna aku justru sedang membangun sebuah rumah,
yang suatu saat akan kau huni juga, dan kita akan makan sama-sama lagi :)

dan aku akan selalu pakai rok pendek dad, because tee and jeans, is so twelve.
im nineteen and i have to act as nineteen.

aku ngga akan melarangmu untuk mencemaskan aku dad,
you can still be a worry daddy, like every similar GOOD daddy do.
worrying their daugther.

its true dad, im change. i need to change. i must change.
but, aku bisa janjikan satu hal dad,
sesuatu yang ngga akan pernah berubah dari diriku.
i'll always love you <3

Love yourself, share love, be forever young.





Kunjungan pertama dan terakhir saya ke panti jompo saya lakukan pada bulan oktober tahun lalu.

Kami, saya dan teman-teman saya yang terkumpul dalam “love crew” biasa melakukan kunjungan sosial ke berbagai tempat di Jakarta.
Kami pernah ke rumah singgah anak jalanan, ke rumah kanker anak, ke panti asuhan anak-anak yatim-piatu, ke pondok baca, ke sekolah kolong jembatan, dan ke kelas anak2-anak penderita down syndrome.
Bisa dibilang bahwa semua perjalanan sosial yang kami lakukan berkaitan dengan anak-anak. Kami mengajak anak-anak melukis di sepatu kanvas, melakukan pertunjukan dongeng boneka, merayakan HUT kemerdekaan dengan berbagai lomba, membuat kartu ucapan, melukis dengan jari, dan lain lain. Semuanya menyenangkan.

Namun bulan oktober tahun lalu, kami melakukan perubahan yang cukup signifikan, kami mengunjungi kakek-nenek di panti jompo.





Semua yang kami lakukan disana adalah bersenang-senang. Kami ber karaoke, bermain tebak judul lagu, (tentunya lagu-lagu lawas era mereka), berlomba joget balon, kami mengobrol akan semua hal, tertawa bersama-sama, menikmati kue2 lunak, berfoto, dan masih banyak lagi.
Tiba saatnya kami (love crew dan para kakek-nenek) melakukan perjalanan berkeliling rumah panti, banyak hal mengejutkan yang kami dapatkan.

Kamar nenek dan kakek ini sangat berbau pesing, ada kakek-nenek yang sudah sangat tua dan tak sanggup bangkit dari ranjang, kondisi nya sangat tidak terurus, bahkan ada yang tergeletak di lantai.
Tapi yang paling mengejutkan adalah, ketika kami mendapati seorang nenek yang kami pikir sedang tidur, ternyata telah meninggal dunia.

Pengurus panti itu hanya berkata “iya itu meninggal tadi malam, tapi gapapa besok baru akan di mandikan dan dikubur”.
Yap. Dia berkata, meninggal ‘tadi malam’ dan baru akan di kuburkan ‘besok’. Itu berarti jenasah si nenek telah bermalam bersama sekitar 30an nenek lain dalam kamar itu dan masih akan tetap ada disana satu malam lagi. Tanpa tindakan apa2. dibiarkan begitu saja bahkan orang2 yang melihatnya hanya akan menganggapnya sedang tidur. Tragis.

Kami mengahiri kunjungan kami hari itu dengan hati yang penuh dengan rasa syukur, bahwa kami semua jauh lebih beruntung dari kakek-nenek itu. Kami memiliki keluarga yang menyayangi kami dan mau sepenuhnya mengurus, menerima, menemani kami sepanjang hidup.
Juga dengan perasaan tanggung jawab. Bahwa di masa yang akan datang kelak, kami harus, dan pasti mengurus, menjaga dan merawat orang tua kami sendiri, bukan nya membiarkan mereka terlantar dipenampungan dengan keadan memprihatikan seperti dipanti itu.

Sebelum masuk ke mobil dan meninggalkan halaman parkir panti, seorang kakek bernama ‘Granpa Johnny’ menghampiri kami, dengan mata sayu dan langkah tertatih-tatih. Saya menghampirinya. Dia berbisik “Main-main kesini lagi ya”, lalu menangis. Saya tak kuasa menahan emosi, “Granpa, don’t cry, iya nanti kita main2 kesini lagi kok” kata saya sambil menggenggam tangannya. “May I hug you?” tambah saya. Granpa memeluk saya, dan ia menambahkan ciuman kecil di pipi saya. “Kamu cita-citanya mau jadi apa?” katanya kemudian. “Jadi guru, granpa” jawab saya. “Grandpa doain ya semoga cita-cita kamu tercapai” katanya mengakhiri percakapan kami yang sangat emosional itu.

Saya pulang dengan senyum paling lebar yang pernah saya keluarkan. Hati yang penuh dengan syukur dan tanggung jawab, serta harapan baru dari doa seorang asing yang sangat tulus. Bahwa keterpurukan sama sekali tak akan menghilangkan cinta di hati seseorang, bahkan menguranginya sedikitpun tidak.


ini grand pa johnny :)


the love crew

In memoriam, dear Anto.

tiada satupun yang menyangka anto hanya diberi 17tahun lamanya hidup didunia oleh tuhan.
benar betul yang gloria (mantan pacar anto) katakan berulang-ulang kepada saya 'kaya mimpi'.

masih teringat jelas bagaimana ekspresi 'tengil' muka anto pada saat berbicara kepada saya. ada satu kebiasaan buruk anto. suka ga percaya sama kata-kata saya. maka pada saat itu ia akan menjulurkan lidahnya dan berkata 'yeeee' dengan nada meledek. saya tiada pernah marah akan itu, hanya kesal sembari menoyor kepala nya. kepala yang tempo hari saya pandangi lekat-lekat untuk terakhir kalinya, terkulai lemah namun kaku.
saya belum pernah memandang muka anto sedekat kemarin. hidung anto mancung. wajah anto manis. bahkan tetap manis dengan luka memar di sebelah matanya kemarin.

anto sosok seorang sahabat masa kecil saya yang sangat dekat dengan hidup saya. setiap aspek kehidupan diantara kami saling bersangkutan. ibu kami mengandung kami bersamaan. saya lahir duluan, dua minggu setelahnya anto menyusul. rumah kami bersebelahan sejak pertama kami dilahirkan (sekarang saya sudah pindah, walau tidak terlalu jauh), kami satu gereja, sama-sama rajin ke sekolah minggu. kami datang ke pesta natal bersama-sama, mencuri daun palem dirumah orang untukperayaan minggu palmarum bersama-sama, ibu-ibu kami saling berbagi cerita, dan kadang berbagi makanan (dan tidak berbagi suami tentunya).

saya dan anto benar-benar tumbuh bersama. walau kami tidak pernah satu sekolah, baik sd smp atau sma, bukan berarti kami tidak saling berbagi cerita mengenai kehidupan sekolah dan pergaulan kami masing-masing.

beranjak dewasa kami makin sering bertukar cerita. asmara jadi topik paling mengasyikan diantara kami berdua. smpai akhirnya saya mengenalkan anto dengan salah seorang sahabat saya, Gloria, yang lalu menjadi kekasihnya. hidup saya dan anto semakin terhubung.

sekurang-kurangnya kami bertemu seminggu sekali di gereja. anto pandai berdoa. sungguh pandai berdoa. doa nya sederhana namun jujur. saya ingat betul bagaimana cara dia mengucapkan doa. agak terbata namun pasti.

anto pandai sekali dalam olah raga. saya selalu yakin dia akan sukses menjadi olahragawan. baik sebagai atlet bulutangkis ataupun sepakbola. badan anto 'jadi'. karna dia latihan hampir setiap hari. alau kurang tinggi, itu bahkan tiada jadi masalah baginya. bahkan impiannya selain menjadi olahragawan ternama adalah menjadi pilot. anto seorang pemimpi yang hebat.

saya ingat betul saat-saat kami di'tasbih'kan menjadi orang kristen bersama-sama. sebelumnya kamipun tergabung dalam kelompok belajar agama kristen bersama-sama selama satu tahun lamanya. waktu kami bertemu semakin intens. anto semakin dekat dan semakin dekat dengan kehidupan saya.

pernah suatu kali disaat saya baru pertama kali belajar mengendarai motor, saya nekat pergi keluar rumah seorang diri membawa motor milik abang saya. tak beruntung, ditengah jalan motor terhenti. saya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. saya mencoba segala daya dan upaya menghidupkan motor, namun nihil. hampir 20menit saya berkutat dipinggir jalan, mulai ketakutan dan kebingungan. tiba2 anto lewat. bagaikan malaikat penolong yang dikirim tuhan, ia langsung turun dari motornya dan menghampiri saya tanpa saya minta/panggil duluan.

a: kenapa rut?
r: gatau to, tau2 mati *hampir nangis
-anto mncoba mengecek ini-itu dan menyalakan motor-
a: bensinnya kali abis rut?
r: penuh to.
a: iya sih penuh. kenapa ya?
-anto mencoba lagi dan lagi, hampir 10menit gagal, tak sedikitpun terlihat dari gelagatnya untuk menyerah dan meninggalkan saya, sedetik kemudian ia menemukan penyebab motor saya mati-
a: ahh, ini tengki bensinnya ditutup rut, jadi ga ngalir. ini pasti ada yang ngisengin rut. nih sekarang udah nyala
r: wahhhhh makasi yah nto *pengen cium anto
a: iya, yaudah sanah. hati-hati ya rut!
-dan anto pun berlalu-

"hati-hati ya rut!" katanya saat itu. saya tahu betul ini bukan ucapan hati2 yang basa-basi. namun serius. kala itu anto mengucapkan hati-hati pada saya dalam mengendarai motor.
naas, kemarin ia meninggal karna kecelakaan motor. malang anto.

terlalu banyak hal yang saya dan anto lakukan bersama-sama. semuanya indah. penuh kenangan. anto terlalu dekat dengan hidup saya. anto bagian dari hidup saya.

selamat jalan anto. kenangan hidup diantara kita bedua tiada akan pernah aku lupakan. demi tuhan tidak akan. yang tenang ya nto disana. rindu kami padamu.





ditulis tanggal 19 juni 2009. sehari setelah meninggalnya anto.

I Will Be Blessed

tempo hari saya berangkat menuju panglima polim sekitar pukul 10 pagi. naik angkutan umum seperti biasa. jenisnya metro mini (walau dari dulu sampai sekarang saya tiada pernah tahu dimana letak 'mini' nya dari angkutan ini) nomornya 58. jurusannya klender-cililitan. satu kali disaat dewi fortuna sedang tiada kerjaan dan datang menghampiri saya, saya akan bertemu dengan seorang bapak yang saya kenal baik dan baik sekali kepada saya, maka saya tiada akan perlu membayar 2000rupiah sebagai ganti tarif naik angkutan ini. karna si bapak ini adalah kondekturnya. tapi kali itu hanya datang sekali dan tidak terjadi tempo hari (kemarin).

isi angkutan ini agak sesak, dan saya kerepotan mendapatkan posisi yang nyaman untuk berdiri. belum lagi kesulitan yang saya alami ketika mengambil uang didalam tas dan disaat yang bersamaan jugaharus mempertahankan diri agar tidak jatuh.
saya membawa dua tas besar-besar. sambil bergelut dengan kesesakan saya berhasil memberi dua lembar uang pecahan seribu rupiah kepada sang kondektur dengan susah payah, saya menengok ke bagian atas bus sebelah kanan, disana terdapat sebuah stiker kecil bertuliskan "jablay" lengkap dengan gambar hati berwarna merah cabai. ga penting. pikir saya dalam hati.
metro mini melaju ugal2an, tak peduli penumpang didalamnya kesulitan mempertahankan posisi sedemikian rupa. tak sampai 30menit saya sampai ke tempat tujuan. turun dan menyambung dengan angkutan umum lainnya lagi. hari ini bukan hari yang baik bagi saya.

lalu akhirnya saya sampai ke panglima polim. kantor majalah Provoke!, bekerja ini-itu dan sekitar pukul 3sore seorang teman baik yang juga saya anggap sebagai 'sosok ibu yang rock n roll' (saya memanggilnya madam) datang mengantarkan beberapa benda milik saya yang tertinggal di rumahnya. dia berencana mau ke gereja katedral setelah ini katanya, saya meminta ikut. maka kami pergi ke gereja katholik didaerah jakarta pusat itu, dia membeli 2buah rosario dan beberapa buku. salah satu bukunya yang berjudul "Prayer Starter" ia berikan kepada saya.
ia juga mengutarakan keinginannya makan mie ayam, namun sayang, kami tidak berhasil menemukannya. akhirnya kami menyerah dan memilih untuk makan ketoprak saja.

hari itu terasa sangat biasa namun juga sangat menyenangkan. sebuah kebetulan yang menyenangkan, disaat suasana hati saya yang sedang tidak karuan setelah mendapati sebuah kabar gembira dari seseorang (yang anehnya malah membuat saya hancur) saya diajak ketempat yang 'menenangkan'; gereja. saya sempat berdoa disana. "tuhan, ruth ada disini BUKAN kebetulan. thanks banget yah :)" maka saya menjalani sisa hari itu dengan tersenyum.



tuhan terlalu pintar dalam mengatur hidup saya. membuat sesuatu yang terjadi tidak seperti harapan saya menjadi terasa tidak terlalu buruk.

saya pulang dari katedral, menumpang sampai pancoran dan lanjut menaiki angkutan umum yang biasa saya naiki sehari-hari. kurang lebih sama seperti yang saya naiki tadi pagi. semuanya terasa masih biasa. sampai saya menaiki metro mini 58 lagi.

metro mini nya penuh seperti biasa. saya tidak kebagian tempat duduk. saya menengok ke bagian kiri atas metro mini itu. disana terdapat tulisan "GBU" saya tersenyum, merasa diberkati. lengkap sekali perjalanan rohani hari ini, pikir saya dalam hati.

lalu saya menengok lagi ke bagian atas metro mini itu. kali ini yang disebelah kanan. dengan takjub saya mendapati stiket "jablay-lope-lope" yang saya lihat tadi pagi. waw! saya menaiki bus yang sama seperti yang saya naiki tadi pagi!

dalam hati saya perpikir 'kenapa gue ga liat tulisan GBU aja yah tadi pagi?? kalo tadi pagi liat GBU mungkin hari gue tadi bakal lebih baik, hihi setidaknya gue merasa diberkati oleh orang yang nulis itu..' haha

saya tertawa, merasa senang dengan kebetulan kecil yang sangat menarik ini.

betapa terkadang dalam hidup kita tidak dapat melihat bahwa kita adalah orang2 yang diberkati. kita malah melihat ke sisi lain, sisi-sisi yang justru kurang penting.

maka, mulai dari sekarang, peka-lah terhadap berkat-berkat yang sebenarnya bertaburan disekeliling kita! ayo ayo cari berkat sebanyak2nyaaaaaaaaaaaa! amin.

hahahaha sotoy sejati deh lo rud ;p

23.2.11

oh well.

i broke my first blog.
so sad to have that.

well, may God bless this new one. amen.

well (again) GREETINGS to you all.
enjoy!