3.2.14

Tidak ada judul...

Stasiun Senen. Ramai. Mereka pada mau kemana ya? Raut wajah orang2 ini gak semua terlihat cerah, karna ya sebuah tujuan memang bukan selalu sesuatu yg membahagiakan kan. Tapi ada sepancar cahaya antusias disana. Yang mau pulang, yang mau pergi, kemana saja. Aku pernah jadi salah satu dari mereka. Dan aku ingat betul rasa nya. Antusias, menyenangkan jiwa.

Siang itu bersama dia. Hey kita mau kemana? Dua lembar tiket atas namanya sudah ditangan. Duduk diluar sebentar, dia ingin menghisap tembakau. Kau tau kan, peraturan baru saat itu, yg melarang aktivitas tersebut di peron rel kereta.

Waktu masih cukup senggang kala itu, untuk sekedar menatap langit dalam diam tapi ada senyuman tersembunyi sesekali tampak pelan-pelan. Memang sengaja kami datang lebih awal, kenyataan kereta mungkin (dan memang) datang terlambat itu soal nomor dua, yang penting kita sampai dan merasakan uforia perjalanan yang hangat itu lebih cepat. Aku ingat betul bagaimana rasanya. Persis. Semacam, kemanapun angin akan membawa kami, kami ikut saja, kami hanya ingin saling memiliki dalam perjalanan ini, yang lain pilihan mudah.

Satu malam dalam perjalanan, aku gak bisa tidur nyaman, tapi dia tetap disana, memastikan aku dapat sedikit saja memejamkan mata, aku angkat kaki diatas pangkuannya, berganti posisi bersandar di pundaknya, hampir selalu merengek ingin memegang tangannya, dia adalah ciptaan dengan hati paling sempurna di dunia.

Jari bersentuh jemari, pundak jadi sandaran, tak sebentar pun kamu pergi dari pandangan. Aku merindukan mu hampir tiap detik, memang tiap detik. Aneh, tapi aku menikmatinya. Kalimat ini untukmu.

Kereta yang terlambat dengan sigap berpindah stasiun, semua yang didalam gerbong tidak selalu kelihatan cerah, tapi aku dan dia sudah pasti bersinar, jauh sebelum matahari akhirnya memberi peringatan kami telah sampai tujuan. Disambut hujan. Stasiun Lempuyangan. para penumpang berbauran keluar bergegas melakukan tujuannya masing-masing. Ramai, pada mau kemana ya mereka? Bukan soal. Aku punya dia yg dengan lengannya selalu menggandeng ku erat "kamu jangan sampe kepisah dr aku", katanya.

Aku berkata pada diriku sendiri, 'perjalanan dengan kereta api adalah favoritku'. Walau ternyata aku salah, setiap perjalanan denganmu, adalah favoritku. Kalimat ini juga untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar